Minggu, 08 Desember 2013

Jamie "KING CARRA" Carragher


KopitesSide - Di era sepakbola modern dan penuh gelimang uang seperti sekarang ini, loyalitas terhadap satu klub jadi sesuatu yang langka. Tidak banyak pemain berkelas bertahan lama di satu klub, apalagi menghabiskan karir profesionalnya hanya di satu klub saja. Salah seorang dari sedikit pemain itu adalah Jamie Carragher. Pria kelahiran Bootle, Merseyside, 28 Januari 1978 ini baru saja pensiun sebagai pemain dan sepanjang karirnya hanya memperkuat satu klub saja, yaitu Liverpool.

Ia kerap mendapat pertanyaan, apakah pernah mempertimbangkan untuk meninggalkan Liverpool dan pindah ke klub lain yang mungkin lebih besar dari The Reds. Jawabannya simpel saja, “Saya tentu tertarik bermain di klub yang lebih besar dari Liverpool. Tapi saya tetap bertahan karena tidak ada klub yang lebih besar dari Liverpool.” Jawaban seperti itu sepertinya kerap dipakai beberapa pemain saat ditanyakan kenapa tetap bertahan di klub yang sedang diperkuatnya.

Kiper Liverpool, Pepe Reina, pernah mengatakan hal yang hampir serupa saat ditanya apakah ia bersedia menerima kalau ada tawaran dari Barcelona yang kerap diberitakan ingin mendapatkannya kembali. Ucapan Reina masih harus menunggu pembuktian, tapi faktanya Liverpool adalah klub ketiga yang pernah diperkuat kiper asal Spanyol tersebut. Sedangkan Carragher sudah membuktikan ucapannya. Terdengar simpel dan agak bombastis, tapi itulah jawaban terbaik dari seorang bek yang dikenal tanpa kompromi dalam setiap permainannya.

Mental Pemenang & Pantang Menyerah
Para fans Liverpool sempat berharap sang legenda akan menunda keputusannya untuk pensiun. Namun setelah 17 tahun bermain, tampil lebih dalam 700 laga dan 35 kali memperkuat tim nasional Inggris, pria yang akrab disapa Carra ini sudah bertekad bulat untuk mundur dari panggung sepakbola. Ia terakhir kali mengenakan kostum merah-merah saat laga melawan QPR pada 19 Mei lalu yang merupakan laga terakhir di musim 2012/13.

Sebagai bek, ia memang kurang punya kecepatan maupun kemampuan untuk memberikan umpan-umpan terukur. Hal itu membuat pemain yang sempat menjadi bek sayap kanan ini akhirnya diplot sebagai bek sentral. Posisi tersebut ternyata merupakan posisi terbaiknya. Carra pun selalu memberikan yang terbaik dan tampil penuh semangat di setiap laga yang dilakoni timnya. Ia mempunyai mental seorang pemenang dan pantang menyerah.

Yang paling khas ia selalu berteriak lantang tiap kali mengorganisir lini pertahanan saat lawan mendapat tendangan bebas atau tendangan sudut. Sosoknya memang disegani kawan maupun lawan. Bahkan Sir Alex Ferguson yang pernah menangani klub seteru Liverpool, Manchester United, termasuk pengagum Carra. Ferguson sempat mengatakan kalau Carra adalah tipe pemain yang disukainya dan salah satu pemain terbaik yang pernah dimiliki Liverpool.

Rencana pensiun Carra sepertinya memang harus terjadi di musim 2012/13 karena ia tampil kembali pada performa terbaiknya. Kesalahan yang kerap dilakukan pemain utama seperti Martin Skrtel dan Daniel Agger membuat pelatih Brendan Rodgers kembali memasang Carra sebagai pemain utama. Keputusan itu terbukti tepat, karena sang wakil kapten mampu tampil solid dan konsisten meski terkadang kalah dalam hal kecepatan.

Tekad Carra untuk pensiun pun semakin bulat, karena ia tak ingin menjadi pemain terlupakan, tampil buruk, terpinggirkan dan akhirnya pensiun karena sudah sulit mendapatkan kesempatan bermain. Ia ingin dikenang sebagai pemain yang tetap dalam permainan terbaik meski sedang menjalani musim terakhirnya. Banyak yang mengatakan, terutama para fans, kalau Gerrard adalah jantungnya Liverpool. Anggapan itu mungkin benar, tapi Carra pun pantas disebut sebagai jiwanya Liverpool. Julukan itu diperoleh bukan hanya karena sepanjang karirnya di bermain untuk Liverpool, tapi pantas dijadikan panutan bagi pemain yang lebih muda maupun pemain lainnya.

Ia bermain seperti mempertahankan harga diri klubnya maupun dirinya sendiri. Contoh jelasnya adalah panggung final Liga Champions 2005 saat menghadapi AC Milan. Di tanggal 25 Mei di Istanbul, akan dikenang sebagai malam paling bersejarah karena membuat The Reds menjadi klub Inggris tersukses di Eropa sampai saat ini dengan merebut trofi Liga Champions untuk kelima kalinya. Masih teringat jelas saat Carra bertarung sepenuh hati untuk mempertahankan daerahnya dan mencegah Milan mencetak gol kemenangan saat skor sedang imbang 3-3. Kerja kerasnya terbayar dan Gerrard mengangkat piala kemenangan di malam itu.

Antara Timnas & Klub
Momen itu merupakan salah satu masa-masa keemasan pemain bernomor punggung 23 tersebut.
Bukan hanya lugas dalam bermain, ia juga vokal dalam menghadapi berita miring mengenai dirinya. Salah satunya terjadi saat ia memutuskan untuk pensiun dari timnas Inggris pada 2007. Keputusan itu mengundang kritik tajam dari seorang pemandu program TalkSport, Adrian Durham di sebuah stasiun televisi di Inggris. Carra tidak menyukai klaim dari Durham dan langsung menghubungi stasiun televisi tersebut untuk berdebart mengenai keputusannya mundur dari timnas Inggris.

Carra terpaksa mengambil langkah mundur karena kerap tidak ditempatkan di posisi bek sentral. Ia pun jarang menjadi pilihan utama dan beberapa kali diplot sebagai gelandang bertahan, seperti pernah dilakoninya di Piala Dunia 2006 saat Inggris dilatih Sven-Goran Eriksson. Karena itu, Carra tidak menutup pintu sepenuhnya dan menyambut tawaran Fabio Capello untuk masuk skuat Inggris menghadapi Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Total, ia bermain 38 kali untuk Inggris dari 1999 sampai 2010 dan masuk skuat di Piala Eropa 2004, Piala Dunia 2006 & 2010.

Carra kembali memutuskan untuk pensiun usai Piala Dunia 2010. Hal itu tentunya disambut positif oleh Liverpool dan membuat rekor bermainnya semakin bertambah. Carra menempati peringkat kedua di bawah Ian Callaghan sebagai pemain yang paling sering memperkuat Liverpool. Total, ia bermain dalam 508 laga dan mencetak empat gol di semua kompetisi sejak 1996 sampai 2013.  Sedangkan Callaghan tampil dalam 640 laga di tahun 1960-1978. Bedanya, Callaghan sempat berpindah-pindah klub setelah hengkang dari Liverpool sebelum akhirnya pensiun pada 1982 sedangkan Carra tetap di Anfield sampai akhir karirnya.

Team of Carragher
Satu hal yang mungkin disesalinya adalah tidak sempat merasakan gelar Liga Primer. Namun hampir semua gelar di tingkat klub sudah pernah dirasakannya, termasuk Piala FA, Piala Liga, Piala UEFA dan Liga Champions. Kenangan tentang Carra tak akan mudah terhapus bukan hanya bagi fans Liverpool tapi juga seluruh penduduk kota pelabuhan tersebut. Sebagian besar anak-anak yang bermain di taman di kota Liverpool saat ini mungkin mengimpikan bisa menjadi pemain hebat seperti Steven Gerrard atau Luis Suarez.

Namun Carra adalah tipe pemain sejati kebanggaan Liverpool karena mencerminkan atmosfer kota mereka: Pemain pekerja keras yang tumbuh dari akademi Liverpool dan mewujudkan mimpinya menjadi pemain besar. Ia adalah Carra, yang berjalan sendiri keluar lapangan saat mengalami patah kaki pada sebuah laga di 2003 dan ia orang yang menjual foto pernikahannya pada laman pendukung Liverpool hanya seharga 1 pounds.

Rafael Benitez pernah mengatakan pada media kalau Carra adalah tipe pemain idealnya dan bahkan mengimpikan punya tim yang semua pemainnya adalah Carra. Komentar Benitez membuat The Kopites membuat lagu khusus untuk Carra, yaitu lagu Yellow Submarine milik The Beatles yang bagian refrainnya diplesetkan menjadi: "We all dreams a team of Carragher/team of Carragher/team of Carragher”.

Well, para fans dan Benitez boleh saja mengimpikan punya banyak pemain seperti Carra, tapi tentu saja hanya ada satu Jamie Carragher. Ia seorang legenda baru dan salah satu pemain terbaik yang pernah dimiliki Liverpool.

Koleksi Gelar:
Piala FA (2): 2001, 2006
Piala Liga (3): 2001, 2003, 2012
FA Youth Cup(1): 1996
FA Community Shield (2): 2001, 2006
Liga Champions UEFA (1): 2005
Piala UEFA: 2001
Piala Super UEFA (2): 2001, 2005
PFA Team of the Year (1): 2006
Liverpool Player of the Year Award (3): 1999, 2005, 2007

sumber : goal.com

0 komentar:

Posting Komentar